La Couleur De La Vie

                                       "C’est un peu de mon histoire"

In Memorial
Chat Room
My Music


Leave Your Message
Your Time Now
Vote For Me
Is My blog's content and design appealing to you to visit back again?

100% Yes!
50% Yes
Less than 50% yes
Not at all
No Comment

View Results

Weather @Depok
The WeatherPixie
Prayer Time
Visitor Counter
Live Page Popularity


Google
 
Hari Persahabatan
Wednesday, February 25, 2009
Hari sampe kampus dapat Pesan di YM Seperti berikut :
"Sahabat adlah dia yg mnghmpiri ketika seluruh dunia menjauh, krn Prsahabatan itu spt tangan dgn mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis tangan menghapus nya. "Selamat Hari Persahabatan Sedunia"."
Tapi setelah ditanya om Google belum ketemu juga hari Persahabatan Sedunia itu kapan ? Ada yang bisa bantu ngak ngasih tau kapan hari persahabatan sedunia ?
Kemarin di centre ville Dijon waktu pulang nemanin teman beli coklat untuk oleh aku melihat hal yang tidak biasa, sejak turun dari bis banyak sobekan kertas warna-warni dijalan. Dan dari kejauhan beberapa ABG sedang melempar sobekan kertas tersebut pada orang2 yang tidak dikenal. Tapi sampai posting hari ini aku belum dapat info kejadian tersebut.


Persahabatan, sebenarnya seberapa penting itu untuk kita? Untuk saya pribadi, sebuah persahabatan sangatlah penting. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh untuk bersosialisasi, berkumpul. Tetapi di sisi lain, manusia juga adalah makhluk yang terdiri dari ego, "kemenangan" dari sang ego ini membuat manusia jadi egois.

Keberadaan sahabat, untuk saya sangat membantu dalam meredam ego ini. Kebutuhan untuk mendengarkan dan didengarkan, saling berbagi, saling berdekatan, bahkan saling "bertengkar" membuat sebuah persahabatan menjadi penting. Teorinya, sahabat adalah orang yang bisa menerimamu apa adanya. Saat kamu benar dia akan mendukungmu, saat kamu salah dia akan memberitahumu kalau kamu salah, "menyalahkan" kesalahanmu tetapi bukan menyalahkan hidupmu, tidak men-‘cap’-mu karena kesalahanmu dan tetap di sisimu untuk membantumu memperbaiki kesalahanmu. Teorinya, sahabat adalah orang yang mungkin tidak akan selalu ada bersamamu terus-menerus, tetapi dia bisa menjadi orang pertama yang ikhlas kamu hubungi kapan pun dan di manapun hanya untuk mendengarkan keluh kesahmu. Teorinya, seorang sahabat adalah orang di mana kita sanggup untuk “berdarah-darah” karena membelanya, rela melakukan apa saja hanya untuk melihat senyumnya mekar kembali.

Itu teorinya... prakteknya ternyata sulit, bisa jadi karena hal-hal di luar kendali kita. Tetapi bukan tidak mungkin untuk dipelajari. Dimulai dari diri sendiri. Meredam ego, mencoba berkompromi, bertanggung jawab atas semua perbuatan, menghargai orang lain, rela membuka hati dan telinga untuk mendengarkan, tetap berbicara dengan nada santai dan kalem walaupun diri sedang dikuasai emosi, dan yang penting adalah... senyum.


Persahabatan

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan- dikecewakan, didengar- diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain,tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur persahabatan antara lain: 1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit) 2. Ketidakterbukaan 3. Kehilangan kepercayaan 4. Perubahan perasaan antar lawan jenis 5. Ketidak setiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Renungkan:
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri. "Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita." - Anonim -

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

sumber : ~Milis NB~ SELAMAT HARI PERSAHABATAN SEDUNIA
Letto Com

Labels:

posted by Musa @ 9:41 AM   5 comments
Kesadaran Sejati Selalu Ada
Monday, February 16, 2009

Kehidupan para mahluk di zaman sekarang semakin disibuki hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi. Mereka tidak lagi menyadari bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan hanya sebatas untuk memuaskan segala keinginan yang timbul dari pikirannya. Sehingga tujuan kehidupan mereka hanya terpusat untuk memenuhi keinginan-keinginan yang bersumber dari pikirannya.

Kesadaran Sejati tidak akan pernah hilang, karena sejak awal Kesadaran Sejati telah ada..

Keinginan yang timbul ini selalu memperdaya kesadaran sejatinya. Sangat disayangkan para mahluk tidak lagi menyadari keterperdayaannya. Mereka tidak menyadari awal jati diri yang sebenarnya, karena mereka tidak pernah lagi memahami kesadaran sejati yang telah ada sejak awal timbulnya kehidupan.

Para mahluk juga harus memahami bahwa kesadaran Sejati juga bukan sesuatu yang khusus, spesial, ataupun istimewa, karena setiap mahluk pada awalnya telah memilikinya, dan pada tengahnya masih memilikinya, dan pada akhirnya tetap memilikinya.

Kesadaran Sejati menjadi special hanya karena sangat sedikit para mahluk yang menyadari dan memahami bahwa mereka adalah Kesadaran Sejati pada awalnya, pada tengahnya, dan pada akhirnya.


dikutip dari buku "Kesadaran Sejati Bagian 6 - oleh: Wisnu Prakasa

Labels: ,

posted by Musa @ 5:54 AM   0 comments
Menang - Kalah Dalam Hubungan
Friday, February 13, 2009

Kemenangan Diri Itu Kunci
Istilah kalah-menang ini sangat kerap kita munculkan dalam praktek hubungan dengan orang lain (relationship). Hubungan di sini bisa termasuk hubungan dalam wilayah publik (mitra bisnis, rekan profesi, dosen, dst) dan hubungan dalam wilayah privat (suami-istri, keluarga, sahabat, dst). Bentuknya pun bisa berupa materi dan non materi, bisa dalam bentuk hasil atau dalam bentuk proses.

Dorongan untuk mendapatkan kemenangan itu, kalau menurut Horney (Our Inner Conflict, 1945), termasuk salah satu kebutuhan manusia atau termasuk naluri bawaan dari semua orang. Menurutnya, kebutuhan manusia itu bisa dikelompokkan menjadi tiga:

  1. Manusia butuh bergerak mendekati orang lain untuk mendapatkan cinta, penerimaan, kasih sayang, penghormatan, dst
  2. Manusia butuh bergerak menjauhi orang lain untuk mendapatkan kebebasan, kemandirian, ketenangan, dst
  3. Manusia butuh bergerak menentang orang lain untuk menunjukkan kekuatan, kemenangan, atau kehebatan, dst

Namun begitu, namanya juga bawaan. Bawaan itu adalah potensi. Potensi itu bahan baku. Karenanya, bisa membahayakan dan bisa menguntungkan. Ini tergantung bagaimana potensi itu diolah atau "dididik". Seseorang yang saya kenal, sebut saja namanya A, menyadari bahwa hubungannya dengan orang lain itu akhirnya kalah, meskipun dulunya ia selalu menganggap itu kemenangan.

Sewaktu masih muda, si A ini merasa punya temparemen tinggi dan perfeksionis. Dengan darah mudanya, ia selalu punya standar bahwa orang lainlah yang harus mengerti siapa dirinya. Ditambah dengan penguasaan skill nya yang tinggi, standar itu sangat sempurna untuk diterapkan. Sedikit saja menemukan ketidakberesan pada orang lain, langsung keluar ultimatum. Ini membuat dia sering ganti mitra usaha dan juga sering pindah pekerjaan.

Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata ia berubah pikiran. Kesimpulannya, kemenangan yang ia agungkan dulu, ternyata kurang bisa memberikan kualitas hubungan yang bertahan lama. Dorongan untuk selalu harus menang itu malah menyebabkan kekalahan di kemudian hari. Bentuknya antara lain: relasinya tidak banyak, relasinya hanya bersifat sementara, kurang memiliki pendukung yang loyal, dan seterusnya.

Dari sejumlah kasus serupa yang kerap kita jumpai, kemenangan itu selalu nisbi dan relatif, sejauh itu kita pahami sebagai padanan atas kekalahan orang lain. Kenapa? Selain kerap didorong oleh hawa nafsu, kemenangan dengan mengalahkan orang lain itu akan memunculkan perlawanan. Ini karena tidak ada manusia yang mau dikalahkan. Karena itu, doktrin kesatriaan mengajarkan bahwa sampai pun kita harus menang melawan orang lain, hendaknya jangan sampai membuat harga diri orang lain jatuh.

Supaya kemenangan itu tidak relatif dan tidak nisbi, ajaran kearifan di dunia ini mengajak kita memahami kemenangan bukan seperti itu. Kemenangan itu jangan dipahami sebagai padanan atas kekalahan orang lain, terutama dalam praktek hubungan sehari-hari, melainkan kemenangan atas diri sendiri. Kemenangan atas diri itu adalah bentuk kemenangan yang kita raih dengan menguasai naluri bawaan untuk menang itu supaya tidak membuat kita kalah, nantinya.

"Semakin banyak orang lain yang berhasil kita kalahkan,
seringkali malah membuat posisi kita semakin lemah"


Beberapa Ciri Kemenangan Diri

Orang yang menang atas dirinya itu bukanlah sosok yang tidak pernah maju ke adu kalah-menang dalam hubungan. Orang yang menang atas dirinya itu bukanlah sosok yang terlalu amat baik sehingga mau dijadikan korban oleh orang lain. Orang yang menang atas dirinya itu bukanlah orang yang tidak pernah marah sama orang lain.

Perlu kita ingat bahwa kemenangan diri itu adanya di level hubungan intrapersonal antara kita dan diri kita. Bahwa ada orang lain yang membuka pintu adu kalah-menang, ada orang lain yang merugikan dan menguntungkan, ada orang lain yang perlu dihormati atau dimarahi, itu semua adanya di level hubungan interpersonal antara kita dengan orang lain.

Intinya, orang yang menang atas dirinya itu tetap melakukan hal-hal yang manusiawi atau tetap menghadapi realiatas hidup yang muncul dari konsekuensi hubungan dengan orang lain. Hanya saja, bedanya adalah:

  • Pertama, menang atas diri itu berkonsentrasi pada upaya untuk memperjuangkan visi, merealisasikan tujuan jangka pendek atau jangka panjang, atau mengaktualisasikan potensi guna meraih prestasi. Misalnya saja kita menghadapi pertarungan office politic yang sudah sampai pada tingkat saling menjatuhkan. Sejauh kita tetap bisa mengkonsentrasikan pikiran dan tindakan pada visi, tujuan, dan aktualisasi, maka kemenangan sudah kita raih.
  • Kedua, menang atas diri itu mempertahankan nilai-nilai yang kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatannya sudah tidak diperdebatkan lagi karena memang sudah mutlak. Dalam beberapa kasus, ini membutuhkan pengorbanan dan seringkali tampak seperti kekalahan. Karena itu, dalam ajaran agamanya, kalau kita malah sial dengan mempertahankan nilai, namanya bukan musibah, melainkan ujian (bala'). Ujian ini adalah moment untuk menguji apakah kita akan commit dan sabar atas inisiatif kita atau hanya setengah-setengah. Kerap ada orang yang mengalami susahnya mencari pekerjaan yang bersih setelah resign atau tobat dari pekerjaan dulu yang kotor. Jika orang ini kalah atas dirinya, dia akan mudah kembali lagi ke pekerjaan lama yang kotor itu. Tapi jika menang, dia akan berhasil melewati ujian. Karena sering ada ujian dan kekalahan ini, makanya Tuhan mewanti-wanti agar jangan sampai orang yang mempertahankan nilai itu tertipu oleh realitas yang temporer dan superfisial.
  • Ketiga, menang atas diri itu menyelaraskan kepentingan pribadi, subyektivitas pribadi, atau egoisme hawa nafsu pribadi pada nilai-nilai, ajaran, atau akal sehat. Jadi, kita menomorsatukan nilai sebelum kepentingan. Semua orang pasti punya kepentingan pribadi sebab inipun ada gunanaya. Bedanya, ada yang ditundukkan pada nilai, ajaran, atau akal sehat dan ada yang mengabaikan semua itu. Bukti ketundukan itu sama sekali tidak bisa diukur dari pernyataan kita di depan orang lain, di tempat meeting, atau di depan press, melainkan dari pembuktian yang kita lakukan atas diri kita. Meminjam istilahnya Covey, bukti ketundukan itu bisa dibedakan apakah ketundukan itu pada "Apa" (what is the right) atau pada "Siapa" (pribadi atau lembaga). Kalau kita sudah berhasil tuduk pada "apa" (nilai kebenaran yang sudah tidak diperdebatkan lagi), berarti kemenangan kita semakin bagus.
  • Keempat, menang atas diri itu menghindari cara-cara yang merugikan atau yang mencelakakan, baik untuk diri sendiri atau orang lain. Kalau kita kehilangan engagement, motivasi, dan ide-ide perbaikan di kantor gara-gara melihat ketidakadilan, meskipun ini manusiawi, namun sejatinya kita telah kalah oleh diri kita. Mestinya, sambil tetap berupaya menyelesaikan ketidakadilan, kita pun tetap melakukan hal-hal positif untuk diri kita, minimalnya. Menang atas diri itu sebetulnya bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah proses yang harus kita tempuh agar bisa mencapai tujuan. Tujuannya adalah memperjuangkan visi, mempertahankan nilai, atau pengembangan diri. Artinya, kalau proses meraih tujuan ini terhenti gara-gara penyimpangan dan pelanggaran orang lain, berarti tujuan dari kemenangan diri itu tidak tercapai.
  • Kelima, menang atas diri itu mengambil dan mengeluarkan. Kita akan menang apabila berhasil mengambil pelajaran dari apapun yang menimpa kita untuk diolah menjadi benefit atau profit yang bisa kita keluarkan dari diri kita. Dengan cara ini berarti perbaikan demi perbaikan akan terus muncul.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kemenangan-diri itu punya efek positif bukan semata pada wilayah hubungan intrapersonal, melainkan juga pada domain hubungan interpersonal. Efek positif itu bisa muncul entah dalam rangka untuk mengajak atau menghadapi orang lain sebagai lawan. Misalnya kita ingin mengajak pasangan kita (suami istri) untuk merayakan ulang tahun anak di rumah. Kalau yang kita munculkan itu selera pribadi, lebih-lebih egoisme pribadi, biasanya akan menghadapi perlawanan atau memunculkan selera tandingan.

Tapi kalau yang kita munculkan itu adalah keberpihakan pada nilai-nilai kesederhanaan, kemaslahatan, atau nilai apapun, biasanya itu relatif lebih enak diterima dan lebih kecil potensi munculnya selera tandingan. Tentu saja perlu didukung dengan cara-cara yang baik dalam mengkomunikasikan keberpihakan itu. Bahkan jika keberpihakan ini sudah menjadi budaya hidup, biasanya ini akan dipahami sebagai kharisma. Kharisma akan muncul sebanding dengan keberpihakan kita.

Menurut catatan Terry Orlick (The Wheel of Excellence, 2004), pakar psikologi olahraga, kemenangan-diri itu akan menentukan nasib seorang atlet di atas ring. Tidak semua atlet yang mengalahkan lawan tandingnya itu akan menjadi pemenang. Bisa jadi kemenangan saat itu akan menjadi awal kekalahannya. Begitu juga tidak semua atlet yang dikalahkan di atas ring itu akan kalah selamanya. Bisa jadi kekalahan saat itu adalah jalan menuju kemenangannya.

Dinamika ini akan ditentukan oleh kemenangan diri. Atlet yang kalah di atas ring, namun terus belajar dari kekalahannya, tetap berlatih, tetap menjaga nilai-nilai, atau tetap punya penyikapan yang positif, pasti akan meraih kemenangan nantinya, entah dalam bentuk apapun. Tapi, atlet yang menang di atas ring, namun makin malas latihan, mengabaikan nilai, lebih berkonsentrasi pada pemberitaan press ketimbang latihan, dia akan kalah nantinya.

"Sebelum Anda menjadi warrior, Anda harus menjadi winner"
(Doktrin Samurai)

Dinamika Hubungan
Dalam praktek sehari-hari, hubungan antarmanusia itu sedinamis manusianya. Dinamika hubungan ini kalau mengacu ke pemikirannya Tom Jaap (Enabling Leadership, Achieving Result with People, 1989), bisa dijelaskan sebagai berikut:

  1. Konsesi (concession). Kita menyadari perlunya mengalah untuk membuat orang lain merasa menang atau merasa senang (lose-win), baik dalam bentuk sikap atau hasil.
  2. Kompromi (compromise). Kita mengajak orang lain untuk bisa sama-sama menerima kerugian (lose-lose), bisa 50%: 50%dan bisa 40: 60, tergantung keadaan.
  3. Konsensus (consensus). Kita menciptakan kesepakatan yang win-win, semua pihak merasa menang, atau tidak ada yang dirugikan, minimalnya.
  4. Paksaan (Coercion). Kita menggiring orang lain untuk harus kalah atau menciptakan strategi yang membuat kita meraih kemenangan lebih banyak, baik dengan paksaan yang hard atau yang soft. Biasanya ini kerap ditempuh oleh orang yang powerful (posisi di atas) atau powerless (minder atau takut)

Keempat dinamika di atas bisa jadi ada yang kita kondisikan sebagai strategi atau ada yang membuat kita terkondisikan oleh faktor eksternal tertentu. Sejauh itu ditopang oleh kemenangan diri, seperti yang sudah kita bahas ciri-cirinya di muka, maka kemungkinannya hanya ada tiga:

  • kita akan sama-sama meraih kemenangan,
  • kalau kita kalah, kekalahan itu tidak total atau tidak kalah selamanya, dan
  • kalau kita menang, kemenangan itu tidak sampai membuat orang lain jatuh harga dirinya.

"Kekalahan itu sementara sifatnya,
namun akan abadi apabila kita kalah oleh diri kita."

Sumber : Ubaydillah, AN

Labels: ,

posted by Musa @ 9:28 AM   0 comments
Cara-cara Memelihara Persahabatan
Terbentuknya Persahabatan
Kita semua tentu punya alasan sendiri kenapa memilih untuk membangun persahabatan. Pada umumnya, hubungan itu timbul karena perasaan yang merasa ada keterikatan (attachment): senasib sepenanggungan, sevisi, seminat, dan seterusnya dan seterusnya. Atau ada juga yang karena kesaling-bergantungan (interdependence): membutuhkan bantuan, dukungan, dan lain-lain.

Dalam prakteknya, persahabatan itu kita bedakan dengan pertemanan. Perbedaan yang paling menonjol terletak pada intensitas keterlibatan emosi dan komitmen. Karena itu, terkadang tidak cukup kita mengatakan "friend" untuk menyebut seorang sahabat, tetapi masih kita tambah dengan kata sifat "close friend". Kalau mengacu ke teori hubungan antar pribadi menurut Verderber & Verderber (Hanna Djumhana Bastaman, M.Psi, 1996) persahabatan itu mungkin istilahnya adalah Deep Friendship. Berdasarkan skala intimasi dan komitmen yang muncul, hubungan antar pribadi itu dikelompokkan menjadi seperti berikut ini:

  1. Aquintance Relationship (perkenalan biasa)
  2. Friendship Relationship (pertemanan karena kesamaan minat, sifat, dan kepentingan).
  3. Role Relationship (hubungan berdasarkan peranan atau kepentingan)
  4. Deep Friendship or Intimate Relationships (Hubungan yang sudah melibatkan emosi dan komitmen)

Dari bukti-bukti di lapangan ditemukan bahwa persahabatan yang bagus itu punya banyak manfaat. Salah satunya adalah bisa mencegah hipertensi (Reardom, Interpersonal Communication: Where Minds Meet, 1987). Secara kesehatan dijelaskan bahwa hipertensi adalah tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dari yang normal karena ada penyempitan pembuluh darah atau karena sebab lain. Bisa juga berguna untuk menurunkan dan mengurangi potensi stress atau depresi.

Misalnya saja Anda saat ini sedang belajar di lembaga pendidikan yang menerapkan disiplin tegas. Namanya disiplin, pasti maksudnya baik. Cuma, dalam eksekusi di lapangannya, pasti juga ada kemungkinan munculnya penyimpangan prosedur oleh individu yang tak jarang menimbulkan tekanan, ketegangan, atau himpitan. Dengan memiliki cantolan klub, forum, atau kelompok yang tingkat persahabatannya bagus, itu akan bisa membuat kita lebih sabar dan terhibur.

Kalau melihat temuan Maslow, ternyata salah satu karakteristik self-actualized person itu adalah punya sahabat atau kenalan yang jumlahnya sedikit namun berbobot intimasi dan kualitasnya (Human Development, Vander Zender, 1989). Ini mungkin bisa kita tafsirkan bahwa mereka itu punya sahabat atau orang dekat. Tafsiran ini memang seringkali sinkron dengan realitas yang kerap kita temui di lapangan. Banyak 'kan kita mengenal sejumlah tokoh atau orang-orang tertentu yang berprestasi di bidangnya (di semua level) yang ternyata dulu mereka bersahabat dengan orang-orang tertentu dan persahabatan itu berlangsung sampai sekarang.

Bahkan, kata orang, Tuhan itu kalau mengangkat derajat seseorang jarang secara individu. Tuhan itu mengangkat derajat seseorang sekaligus dengan kelompoknya. Ini tentu refleksi personal yang subyektif. Tapi memang secara rasional, ungkapan itu ada rujukannya. Karena mereka yang bersahabat itu membangun kedekatan lahir dan batin, sudah barang tentu mereka punya mindset yang sama, kultur hidup yang sama, atau karakter yang sama. Logikanya, ketika orang sudah dibentuk oleh prinsip-prinsip yang sama, maka sangat mungkin mereka mendapatkan nasib yang sama.

"Isi pikiranmu membentuk tindakanmu, tindakanmu membentuk kebiasaanmu, kebiasaanmu membentuk karaktermu, karaktermu membentuk nasibmu." (Aristotle)


Jadi, yang menyebabkan mereka punya kesamaan nasib, bukan kesamaan kelompoknya, melainkan kesamaan isi pikiran, tindaan, kebiasaan, dan karakter.


Kapan Kendor & Kapan Pecah
Dalam prakteknya, persahabatan itu bisa kendor dan bisa pula pecah. Secara umum, kendornya intimasi persahabatan itu mulai muncul ketika masing-masing atau salah seorangnya sudah punya kepentingan dan kebutuhan yang ditandai dengan berubahnya status. Misalnya saja dari mahasiswa ke pekerja atau dari bujangan ke ber-rumahtangga, dari orang biasa ke orang penting.

Kalau menurut ucapannya Sigmund Freud, orang dewasa itu isi pikirannya yang paling dominan hanya dua: to love and to work. Mereka berkonsentrasi pada keluarga (to love) dan kerjaannya (to work). Kohesi persahabatan yang terjadi pada kehidupan orang dewasa biasanya adalah lanjutan dari persahabatan sebelumnya atau karena kepentingan dan kondisi yang dirasakan sangat spesifik (benar-benar senasib).

Ini kerap terjadi pada tenaga kerja atau pelajar di luar negeri. Karena sama-sama senasib, sama-sama dari Indonesia, sama-sama punya kepentingan yang sama, dan merasakan keadaan yang relatif sama, maka persahabatan terbentuk. Tapi, menurut kebiasaan, persahabatan yang terbentuk ketika usia seseorang sudah banyak kepentingan, memang rasanya beda dengan ketika seseorang masih di usia remaja atau dewasa muda.

Nah, lalu kapan persahabatan akan terancam bubar? Masalah yang melatarbelakangi bubarnya persahabatan itu pasti bermacam-macam. Menurut Duck (1985), biasanya fase-fase bubarnya hubungan (disolusi) itu diawali dari proses di bawah ini:

  1. Ketidakpuasan dari hubungan itu. Misalnya saja kita menerima perlakuan yang tidak fair, atau persahabatan yang ada tidak membuahkan hasil-hasil tertentu seperti yang semula dibayangkan. Misalnya saja persahabatan karena narkoba.
  2. Upaya menarik diri. Kita sudah merasa tidak cocok lagi atau ada keinginan untuk menentang atau juga kita menarik diri. Bisa juga setelah kita menghitung untung-rugi, manfaat-keuntungan.
  3. Mempraktekkan keputusan unuk menghindar atau menjauh

Bisa juga disolusi itu terjadi sesuai dengan urutan yang ditemukan Hawk Williams (The essence of managing group & teams, 1996) berikut ini:

  1. Ada problem yang kita jumpai (menurut versi kita) pada dia
  2. Kita membiarkan / tidak menunjukkan problem itu kepada orang yang kita anggap punya masalah dengan kita
  3. Problem itu tetap muncul atau terus bertambah
  4. Perasaan negatif terus menggunung / mengakumulasi
  5. Kita kehilangan perspektif tentang orang itu.

Dalam organisasi kepemudaan yang rata-rata kita lihat mereka bersahabat, urutan di atas kerap terjadi. Si A dipandang telah sering melakukan tindakan yang melanggar prinsip dasar organisasi. Karena bersahabat, mereka tidak langsung menegur atau mengingatkan secara terang-terangan. Si A sendiri tidak sensitif menangkap gelagat ketidaksetujuan para sahabatnya. Proses ini terus berlanjut dan masing-masing pihak menyimpan bara api ketidaksetujuan dan ketidakpedulian di dadanya. Hingga pada puncaknya, Si A dipecat dari organisasi itu. Jika Si A tidak terima, terjadilah upaya saling menjatuhkan dimana masing-masing orang kehilangan perspektif persahabatannya.

"Hindarilah bersahabat dengan orang yang membohongimu, hindarilah bersahabat dengan orang yang memanfaatkanmu, dan hindarilah bersahabat dengan orang menjerumuskanmu" (Ali bin Abu Thalib)



Beberapa Cara Mempertahankan Persahabatan
Untuk persahabatan yang tengah kendor intimasinya karena ada perbedaan dan perubahan, hal-hal yang bisa kita lakukan adalah:

Pertama, menjaga ritme dan frekuensi hubungan. Jangan terlalu sering atau jangan sama sekali putus hubungan. Aturlah ritme dan frekuensinya. Kenapa? Jika Anda terlalu sering, padahal status dan peranan sahabat Anda itu sudah tidak seperti dulu lagi, akan lain tafsirannya. Tapi jika hubungan itu terputus sama sekali, ini juga tidak tepat.

Jika kebetulan nasib kita ternyata lebih di atas, akan lebih bagus kalau kita yang berinisiatif memulai memelihara persahabatan itu. Kalau memungkinkan dan itu dibutuhkan, yang perlu kita lakukan bukan semata 'say hello' atau sekedar bernostalgia, melainkan juga perlu merambah ke gagasan-gagasan pemberdayaan, entah untuk sahabat kita yang lain atau untuk orang lain.

Kedua, hormati privasinya. Dengan peranan dan status yang sudah tidak seperti dulu lagi, tentu sahabat kita ini memiliki aturan hidup yang baru, entah itu terkait dengan keluarganya atau pekerjaannya. Agar persahabatan tetap terjaga, yang perlu kita lakukan adalah menghormati privasinya. Bahkan juga tidak saja perlu menghormati dia semata, tetapi juga orang-orang penting di sekitarnya, misalnya saja suami-istri, atasan-bawahan, dan lain-lain.

Apabila kita berada di posisi yang sebaliknya (orang yang dicari), yang perlu kita hindari adalah curiga duluan kalau sahabat kita ini pasti membawa masalah atau mau minta bantuan, hanya memberi nasehat dengan cara merendahkan, hanya memamerkan kekayaan (unjuk-diri), atau memperlakukannya terlalu formal dan menunjukkan kesan terlalu menjaga wibawa.

Ketiga, hindari meminta bantuan dengan nada dan gaya menuntut (demanding) kecuali memang ada suasana psikologis yang mendukung dan itu tidak melibatkan orang lain selain sahabat Anda. Lebih-lebih, karena tuntutan kita tak terpenuhi, kita kemudian menyebarkan gosip tak sedap, misalnya sahabat kita ini sekarang orangnya sudah lain, makin sombong, angkuh, tak peduli, dan lain-lain. Akan lebih sip kalau kita menempuh cara-cara profesional yang tetap mengedepankan etika dan strategi.

Bila kita berada di posisi sebaliknya, hindari mengeluarkan pernyataan semacam tidak bisa, itu sulit, atau itu tidak mungkin dan semisalnya dengan nada untuk menutup berbagai kemungkinan. Kalau kita tidak bisa membantu langsung, kita bisa membantu secara tidak langsung. Kalau kita tidak bisa membantu keinginannya, kita bisa membantu kebutuhannya. Intinya, munculkan semangat untuk membantu.

Itu semua bisa kita lakukan ketika persahabatan kita dulu adalah persahabatan dalam hal-hal yang positif. Untuk persahabatan yang negatif, tinggalkanlah dengan cara yang baik. Misalnya dulu kita punya geng yang suka narkoba. Karena kita sudah tobat, kita perlu memutus hubungan dengan sahabat-sahabat yang masih terlibat. Tujuannya adalah agar kita tidak terlibat lagi.

Adapun untuk kita yang masih dalam tahap sedang asyik-asyiknya menjalani hidup dengan persahabatan, beberapa hal yang perlu kita ingat adalah:

  1. Nikmatilah persahabatan yang ada tetapi jangan sampai menghilangkan diri Anda. Jadikan persahabatan saat ini sebagai lahan untuk aktualisasi-diri dengan bertukar pengalaman, pengetahuan, informasi, berbagi perasaan, dan lain-lain. Termasuk juga jangan sampai persahabatan ini merenggangkan hubungan dengan orang-orang inti: orangtua dan keluarga. Anda tetap bisa bersahabat tanpa harus memunculkan ketegangan dengan orangtua atau keluarga
  2. Inisiatifkan untuk memunculkan gagasan-gagasan positif, entah itu yang berkaitan dengan akademik atau non-akademik. Sebagai acuan, buatlah learning group (kajian akademik, dst), problem solving group (bantuan sosial, dst), atau growth group (pengasahan bakat, dst). Ini sangat bermanfaat bagi kemajuan Anda di masa mendatang.
  3. Jagalah jangan sampai punya kepentingan yang bertabrakan dengan kepentingan sahabat. Bila itu terjadi, buatlah kesepakatan sefair mungkin dengan melibatkan sahabat lain.
  4. Hormatilah dan jangan "memanfaatkan". Misalnya kita bersahabat dengan si anu karena orangtuanya kaya, terpandang, atau ada agenda politis yang kita sembunyikan untuk memanfaatkan sahabat kita. Bersahabatlah karena kecocokan jiwa.
  5. Mendukung dan membantu. Banyak orang yang bisa membantu sahabatnya ketika sedang kesusahan tetapi tidak bisa mendukung sahabatnya yang sedang meraih kemajuan. Lawanlah iri dengki di dada dengan cara mendukung dan membantu.
  6. Kembangkan perspektif yang fair. Biarpun itu sahabatmu, jangan sampai kehilangan perspektif yang fair. Sebab, pasti ada yang positif dan pasti ada yang negatif. Temukan positifnya sebanyak mungkin.
  7. Biasakan saling memberi nasehat dengan cara yang bersahabat, bukan dengan cara menilai, mengoreksi, lebih-lebih membicarakannya di belakang.

"Sahabatmu adalah orang yang sudah tahu banyak tentang dirimu dan tetap bersahabat denganmu"

Sumber : Ubaydillah, AN

Labels: ,

posted by Musa @ 9:09 AM   0 comments
About Me

Name: Musa
Home: Depok, Jawa Barat, Indonesia
About Me: Seorang yg sederhana, moderat, individu serta suka dedikasi dan komitmen dalam semua aspek hidup. Dalam pandanganku sendiri sebagai seorang stabil, bertanggung jawab, percaya diri dan orang penuh kasih yang mempunyai niat baik. Kenangan dari segalanya langkahku merupakan pengalaman berharga dimasa mendatang. Petualanganku dimulai dari pulau “Celebes” yang lebih dikenal dengan Sulawesi. Tepatnya di daerah Gorontalo tempat kelahiran dan masa-masa kecilku bermain dan tumbuh. Minat yang berkisar akademis terutama hardware system, petualangan. Mengunjungi suatu tempat dan hidup bebas dari “penjajahan” kesenangan penuh kasih. Bagaimanapun, seorang Purnawarman Musa masih merasakan bahwa aku bukanlah seorang yang sempurna.


YM ID : adadegh
See my complete profile
Facebook ID
Previous Post
Archives
Current Moon
CURRENT MOON
moon info
Other My Blog

Coretan

↑ @Gunadarma University

Serpihan-serpihan Catatanku

↑ @Blogsome dot Com

Links
This Day in History

Total Online
UG Radio
Powered by

BLOGGER

© 2005 La Couleur De La Vie Template by Isnaini Dot Com