La Couleur De La Vie

                                       "C’est un peu de mon histoire"

In Memorial
Chat Room
My Music


Leave Your Message
Your Time Now
Vote For Me
Is My blog's content and design appealing to you to visit back again?

100% Yes!
50% Yes
Less than 50% yes
Not at all
No Comment

View Results

Weather @Depok
The WeatherPixie
Prayer Time
Visitor Counter
Live Page Popularity


Google
 
Kompleks Benteng Otanaha, Sepenggal Sejarah Gorontalo
Wednesday, October 08, 2008
SIANG mulai beranjak sore saat kami tiba di kompleks Benteng Otanaha. Tak terlihat banyak pengunjung, kecuali satu-dua penduduk sekitar. Selebihnya, sepi. Udara yang tidak terlalu panas, kerimbunan pepohonan, dan matahari yang perlahan tenggelam membuat suasana terasa makin sepi.

K>small 2small 0<lebih terasa saat berada di kompleks bangunan benteng yang letaknya berada di ketinggian. Tak terdengar lagi suara lalu lalang kendaraan. Hanya semilir angin yang membuat dedaunan saling bergesek dan menimbulkan suara gemerisik. Selebihnya bisu. Termasuk tiga bangunan benteng yang tampak kokoh dan nyaris angker.

Berdiri di Benteng Otanaha, sejauh mata memandang tampak sebagian Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo serta daerah-daerah lain di sekitarnya. Bahkan, untuk melihat kerusakan Danau Limboto pun, paling tepat bila dilihat dari atas benteng ini. Jaring- jaring apung di tengah danau, bagian-bagian danau yang sudah menjadi permukiman atau persawahan juga tampak sangat jelas.

Kompleks Benteng Otanaha yang berada di ketinggian memang memungkinkan untuk melihat semua itu. Kompleks benteng ini terdiri atas tiga buah bangunan benteng berbentuk bulat tanpa atap.

Benteng utama disebut Benteng Otanaha yang letaknya paling tinggi dari dua benteng lainnya. Yang kedua Benteng Otahiya yang berada di bawah Benteng Otanaha dan di atas Benteng Ulupahu. Ketiga, dan yang berada paling bawah, adalah Benteng Ulupahu.

Dari Kota Gorontalo, perjalanan ke kompleks Benteng Otanaha bisa ditempuh dalam waktu 15 menit berkendara roda empat dalam kecepatan sedang. Untuk pengguna angkutan kota, juga tersedia jalur ke Otanaha. Hanya saja, kendaraan angkutan ini tidak langsung berhenti di area parkir. Sebenarnya, dari jalan besar ke kompleks benteng hanya sekitar satu kilometer dan cukup banyak tersedia becak motor (bentor).

Dari area parkir, ada dua rute untuk sampai ke tiga buah bangunan benteng ini. Rute pertama adalah melalui 657 anak tangga. Ke-657 anak tangga ini terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama menuju Benteng Ulupahu, yakni 59 anak tangga. Selanjutnya pada bagian kedua menuju Benteng Otahiya ada 245 anak tangga. Untuk sampai ke puncak atau ke Banteng Otanaha yang juga benteng utama, terdapat 353 anak tangga.

Susunan anak tangga ini cukup terjal mendaki dengan pepohonan di kiri kanannya dan rawa-rawa di bawahnya. Bila tidak mampu mendaki lewat tangga, rute kedua adalah melalui jalan beraspal yang juga mendaki. Jalan beraspal ini bisa dilalui dengan kendaraan roda empat atau roda dua hingga ke kaki bangunan Benteng Otanaha.

TAK salah bila mengatakan sejarah Gorontalo terkait erat dengan benteng ini. Ketiga benteng ini memiliki pengertian dan arti sendiri-sendiri. Otanaha berasal dari kata ota (benteng) dan Naha, nama orang yang menemukan benteng tersebut. Sementara benteng kedua berasal dari kata Ohihiya yang adalah istri Naha. Sementara benteng ketiga, Ulupahu, adalah akronim dari uwole yang berarti milik dari Pahu, anak Naha dan Ohihiya.

Keberadaan benteng ini merupakan salah satu bagian dari sejarah Gorontalo. Alkisah, pada abad XV daratan Gorontalo sebagian besar masih merupakan perairan. Saat itu Gorontalo masih berbentuk kerajaan dengan Raja Ilato dan permaisurinya, Tolanguhula. Raja ini berkuasa antara tahun 1505- 1585. Pasangan raja dan ratu ini dikaruniai dua putri, yakni Ndoba dan Tiliaya, serta seorang putra bernama Naha.

Dikisahkan, saat menginjak usia remaja, Naha pergi merantau dan tinggallah dua saudara perempuannya, Ndoba dan Tiliaya. Suatu saat, kapal berbendera dan berisi orang- orang Portugis singgah di Gorontalo. Perwakilan orang Portugis pun bertemu Raja Ilato dan menawarkan kerja sama. Hasil kerja sama itu adalah kesepakatan untuk memperkuat sistem pertahanan dan keamanan dalam negeri. Untuk menandai kesepakatan ini, dibangunlah tiga benteng yang letaknya di ketinggian perbukitan Kampung Dembe I Kecamatan Gorontalo (nama tempat sekarang). Tempat ketiga benteng inilah yang belakangan dikenal sebagai kompleks Benteng Otanaha.

Masih menurut sejarah, pada tahun 1525 Gorontalo diserang musuh. Karena Naha belum tiba dari perantauan, tampillah Ndoba dan Tiliaya sebagai tokoh pejuang yang memobilisasi penduduk untuk menghadapi musuh. Saat serbuan musuh inilah terkuak kebusukan Portugis. Usulan kerja sama yang pernah ditawarkan Portugis ternyata akal-akalan belaka. Buktinya, bukannya membantu Gorontalo, Portugis malah membantu musuh Gorontalo. Dipimpin rajanya, rakyat Gorontalo akhirnya berjuang mengusir Portugis.

Singkat cerita, pada tahun 1585 Naha kembali dari perantauan. Saat itu dia sudah memperistri Ohihiya dan kemudian dikaruniai dua putra, Paha (Pahu) dan Limona. Saat kembali dari merantau, Gorontalo sedang berperang melawan pasukan Hemuto. Naha dan keluarganya akhirnya tampil memimpin serangan. Mereka kemudian menemukan kembali tiga bangunan benteng dan seperti yang dilakukan orangtua dan saudaranya sebelumnya, tiga bangunan ini juga menjadi benteng pertahanan.

Dalam pertempuran ini, Naha dan Pahu gugur. Untuk mengenang perjuangan mereka, ketiga benteng ini kemudian dinamai seperti nama Naha, Ohihiya istrinya, dan Pahu, putra Naha dan Ohihiya.

Sejumlah cerita yang kemudian beredar di masyarakat juga menyebutkan saat tak lagi digunakan berperang, benteng ini biasanya digunakan sebagai arena sabung ayam. Versi lain menyebutkan benteng sebagai tempat melakukan berbagai upacara kerajaan.

"Kata nenek saya, yang juga dia dengar dari neneknya dan nenek-nenek sebelumnya, konon benteng ini dulu dijadikan arena sabung ayam. Biasanya acara sabung ayam di benteng ini khusus untuk keluarga bangsawan," ujar Rudy Moerad, warga Kota Gorontalo.

Entah benar entah tidak, yang pasti kompleks Benteng Otanaha menyimpan banyak kisah dan mungkin juga rahasia. Bahkan, benteng ini pun diyakini menjadi salah satu saksi bisu akan kekeringan dan kerusakan yang terjadi di Danau Limboto saat ini. Konon, berpuluh bahkan beratus tahun lalu, air Danau Limboto tingginya mencapai bagian bawah bangunan benteng. Andai benteng ini bisa bicara….(sumber : Reny Sri Ayu Taslim)

sumber foto :

  1. Hulondalo blog
  2. Kikykecil Multiply
  3. missBANTUL blog

Labels: , ,

posted by Musa @ 10:10 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: Musa
Home: Depok, Jawa Barat, Indonesia
About Me: Seorang yg sederhana, moderat, individu serta suka dedikasi dan komitmen dalam semua aspek hidup. Dalam pandanganku sendiri sebagai seorang stabil, bertanggung jawab, percaya diri dan orang penuh kasih yang mempunyai niat baik. Kenangan dari segalanya langkahku merupakan pengalaman berharga dimasa mendatang. Petualanganku dimulai dari pulau “Celebes” yang lebih dikenal dengan Sulawesi. Tepatnya di daerah Gorontalo tempat kelahiran dan masa-masa kecilku bermain dan tumbuh. Minat yang berkisar akademis terutama hardware system, petualangan. Mengunjungi suatu tempat dan hidup bebas dari “penjajahan” kesenangan penuh kasih. Bagaimanapun, seorang Purnawarman Musa masih merasakan bahwa aku bukanlah seorang yang sempurna.


YM ID : adadegh
See my complete profile
Facebook ID
Previous Post
Archives
Current Moon
CURRENT MOON
moon info
Other My Blog

Coretan

↑ @Gunadarma University

Serpihan-serpihan Catatanku

↑ @Blogsome dot Com

Links
This Day in History

Total Online
UG Radio
Powered by

BLOGGER

© 2005 La Couleur De La Vie Template by Isnaini Dot Com