Daerah Istimewa setingkat provinsi yang terletak di Pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia yaitu Nanggröe Aceh Darussalam. Hampir 30 tahun konflik antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF)) berlangsung di daerah tersebut. Dengan perjanjian nota kesepahaman (MoU) kedua belah pihak secara resmi disetujui oleh delegasi RI dan GAM di Helsinki, Finlandia 15 Agustus 2005.
Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3,298° LU dan 95,779 BT kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia Tenggara dan Asia Selatan. Gempa bumi mengakibatkan tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban jiwa. Dipastikan lebih dari 150.000 jiwa tewas di seluruh dunia. Bahkan Indonesia merupakan negara paling banyak korban dibanding negara tetangga.
Kesempatanku mengunjungi daerah paling barat Indonesia datang juga pada 4 Desember 2006. Rencana sebelumnya 26 November 2006, sehari sebelumnya mendapat berita Ibu-ku meninggal dunia. Akhirnya aku meng-cancel penerbangan ke Aceh, dan merubah penerbangan ke Gorontalo. Perjalanan dari Jakarta - Aceh memakan waktu hampir 2 jam dengan maskapai lion. Dari bandara dengan menyewa mobil tujuan pertama adalah Mesjid Raya Baiturrahman yang terkenal di kota Banda Aceh. Mesjid yang dibangun pada tahun 1872 pada masa Sultan Nur al-Alam. Saat musibah tsunami terjadi, mesjid ini telah menyelamatkan umat manusia. Masyarakat yang menaiki kubah dan atap mesjid selamat dari musibah tersebut. Bahkan setelah tsunami, ribuan mayat dikumpulkan dihalaman dan dalam mesjid raya. Setelah makan siang dan sholat Dzuhur di mesjid Raya, perjalananku dilanjutkan ke Kabupaten Pidie. Selama perjalanan banyak pembangunan rumah untuk relokasi korban tsunami dan sepanjang perjalanan banyak pohon pinang. Suasana malam di Sigli tidak begitu ramai. Kabupaten Aceh tengah merupakan tujuan kedua. Sekitar jam 4 Sore (5 Desember 2006) meninggalkan Sigli, perjalanan ke Kota Takengon yang ditempuh sekitar 6 jam. Takengon sebenarnya merupakan daerah yang sejuk, dan banyak objek wisata di daerah tersebut. Setelah selama seharian mengelilingi kota Takengon, malam hari ku putuskan tidak kembali ke Banda Aceh. Karena jarak tempuh dari Takengon ke Banda Aceh hampir sama dari Takengon ke Medan, Dengan Mobil travel ku putuskan untuk kembali ke jakarta melalui Bandara Polonia Medan. Saat subuh mobil travel yang kutumpangi memasuki kota Medan.
Kapan bisa ke Wilayah paling Timur Indonesia ya ??
Ndu' TK94 thanks dah kasih kesempatan buat jalan2 ke Aceh.
Name: Musa Home: Depok, Jawa Barat, Indonesia About Me: Seorang yg sederhana, moderat, individu serta suka dedikasi dan komitmen dalam semua aspek hidup. Dalam pandanganku sendiri sebagai seorang stabil, bertanggung jawab, percaya diri dan orang penuh kasih yang mempunyai niat baik. Kenangan dari segalanya langkahku merupakan pengalaman berharga dimasa mendatang. Petualanganku dimulai dari pulau “Celebes” yang lebih dikenal dengan Sulawesi. Tepatnya di daerah Gorontalo tempat kelahiran dan masa-masa kecilku bermain dan tumbuh.
Minat yang berkisar akademis terutama hardware system, petualangan. Mengunjungi suatu tempat dan hidup bebas dari “penjajahan” kesenangan penuh kasih.
Bagaimanapun, seorang Purnawarman Musa masih merasakan bahwa aku bukanlah seorang yang sempurna.